Laporan Praktikum
Manajemen Ternak Unggas
Nama
: John pigay
Nim : 2009-34-013
DIII Kesehatan Hewan
Fakultas Peternakan Perikanan Dan Ilmu
Kelautan
Univesitas Negeri Papua
Manokwari
2011
I. PENDAHULUHAN
A.
Later
belakang ………………………………...……………………….….…. 1
B.
Masalah…………………………………..………………………..….………. 2
C.
Tujuan……………………..……………………….…………………….…….. 3
II.TINJAUAN PUSTAKA
A.
Performans
ayam kampong ……………………………..........…………………….….… 4
B.
Pertabahan
bobot badan……………………………………………………….……...….. 4
III. BAHAN DAN METODE
A.
Waktu dan tempat
…………………..………………………………..……..…
4
4
B.
Alat dan bahan ………………………………..………………………………
5
5
a. Alat ………………………….………………………………………..….... 5
b.
Bahan
…………………………………………………………………..…. 5
C.
Metode
praktikum ………………....…………….………………....….……. 6
D.
Pelaksanaan
praktikum ……………………………………….……….…… 6
E.
Variable
pengamatan ……….…………………………………………….… 6
1.
Bobot
badan mingguan (gr/ekor) ………………………….………….… 6
2.
Pertambahan
bobot badan (gr/ekor) ………....………..…………….…. 7
F.
Analisis
data …………....………………………………………….……...… 7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
1.
Bobot
badan mingguan (gr/ekor) ………….…………………....……… 8
2.
Pertambaan
bobot badan (gr/ekor)…………..…………………………. 9
B.
Pembahasan
1.
Bobot
badan mingguan (gr/ekor) ………........………………….……… 9
2.
Pertambahan
bobot badan (gr/ekor) ……….………………….....…….. 10
V. KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan
……....……………………………………………….…..…….
11
2.
Saran
………………………………………………………………......…… 11
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
|
I.
PENDAHULUHAN
A.
LATER
BELAKANG
Ayam
kampung merupakan ayam tradisional di Indonesia yang kehidupanya sudah
lekat dengan manusia. Ayam kampung sudah menyatu dengan pola hidup agraris
orang Indonesia sejak zaman dahulu kala. Karena zaman dahulu belom ada kota
metropolitan seperti sekaran dan baru ada kampung-kampung sederhana maka
jadilah ayam tradisional kita itu dinamakan ayam kampung.
Melihat
peningkatan jumlah penduduk di manokwari saat ini semakin meningkat, hal itu
perlu dihimbangi dengan peningkatan pangan,
terutama untuk mencukupi kebutuhan protein hewani. Agar gizi hewani dapat terpenuhi, Maka perlu adanya peningkatan produksi di
bidang peternakan. Salah satu komoditi yang mempunyai potensi untuk
dikembangkan adalah usaha budidaya ayam kampung di taman ternak FPPK UNIPA
karena ayam kampug memiliki prospek pemasaran daging ayam kampung tidak
terbatas didalam negeri saja, akan tetapi juga keluar negeri (ekpor). karena
ayam kampung merupakan salah satu jenis unggas yang memiliki prospek yang
sangat baik di kembangkan di papua lebih kususnya di manokwari,Hal ini
merupakan suatuharapan yang baik untukdikembangkan di manokwari.
Kebutuhan terhadap ayam Kampung semakin meningkat selain untuk memenuhi
kebutuhan protein hewani juga disebabkan karena kepercayaan masyarakat terhadap
daging ayam kampung yang lebih alami dibandingkan dengan ayam jenis lainnya.
Akan tetapi peningkatan kebutuhan terhadap ayam kampung ini tidak diimbangi
dengan jumlah populasi ayam kampung pada masing-masing daerah di Indonesia.
Kurangnya perhatian terhadap ayam kampung merupakan salah satu faktor
penyebab populasi ayam kampung semakin menurun.
Jika dibandingkan dengan ternak lain, ayam kampung memiliki kelebihan
yang cukup banyak, ayam kampung pemeliharaannya mudah atau sederhana dan
biaya yang dikeluarkan murah. Selain itu ayam kampung mempunyai daya tahan
tubuh yang tinggi terhadap penyakit jika dibandingkan dengan ayam ras.
Pemasaran ayam kampung cukup mudah, masyarakat Indonesia rata-rata lebih
menyukai daging ayam Kampung dibanding daging ayam ras, harga jual ayam
Kampung lebih tinggi dari pada ayam ras begitu juga harga telurnya.
Beberapa
keuntungan yang dapat diperoleh dari peternakan ayam kampung adalah sebagai berikut.
-
Dapat diusahakan pada lahan yang tidak begitu
luas.
-
Tidak memerlukan teknologi tinggi, cukup
dengan pemeliharahan intensif
-
Daya tahan tubuh lebih kuat dibandingkan
dengan ayam ras.
-
Daging lebih padat dan lebih enak.
-
Harga jual lebih tinggi dibandingkan ayam ras
-
Hemat tenaga kerja ( 1 orang bisa mampu pelihara 2.000 ekor ayam kampung
).
-
Kotorang dan buluh dapat dimamfaatkan untuk
ekonomi.
B.
MASALAH
Secara teknis ayam kampung sebenarnya
relative lebih mudah diternakan karena saya adaftasiterhadap lingkungan yang
sudah berlangsun sejak zaman dahulu.
Masalanya Hanya produktifitasnya
yang rendah atau hasil berupa telur dan daging tidak banyak (per ekor
tentunya ). Agar dalam peternak ayam kampung tidak terjadi suatu kekecewaan
maka diperlukan pemahaman berikut:
-
Peternakan ayam kampung 2-5 minggu itu
bergelut dengan ‘’alat produksi hidup “ sebagaiman usaha peternakan dan
pertanian umumnya sehingga jangan samakan dengan alat produksi mati. Artinya,
jangan samakan usaha peternakan ayam kampung ini dengan pabrik sepatu atau
pabrik sabung misalya. Resikonya, kami sebagai orang peternakan harus paham
(minimal)dan syukur bilah menguasai mengenai seluk beluk bisnis ayam.bila
tidak, delegasikan wewenang tersebut
kepada mereka yang mampu seperti itu. Pokok pankalnya adalah yang
diperdagangkan itu adalah “benda hidup dimana nyawa bukan kekuasaan kita.
Dalam hal ini maksudnya adalah dalam pemasaranya kita harus bener-benar bergelutdengan
waktu, harga dan jalur pemasaran yang tepat. Bilah tidak tepat, ayam
kampung akan menjadi bankai atau tidak munking disimpan di gudang menunggu
hinga harga naik.
-
Sadarlah bahwa beternak ayam kampong dalam
suatu bentuk peternakan macam ini memerlukan waktu pengembalian modal yang
relative lambat. Kami harus mempunyai modal kerja yang memadai (untuk
investasi dapat bertahap). Bagi ada yang membuka petertnakan ayam kampong,
pertimbangkan waktu pengembalian modal
investasi tadi, sediakan modal kerja yang cukup, minimal untuk memadal untuk
3-4 tahun mendatang (tergantun skala usaha ). Bilah modalyang ada miliki
terbatas, lakukan secara terbatas saja.
-
Untung dan ruginya peternakan ayam”bukan pada
ayamnya, tetapi pada manusia yang mengelolah “tidakkeuntungan itu pada
sfesipik ayam tertentu saja.
C.TUJUAN
1.
Untuk melihat/ mengetahui bobot badan mingguan
(gr/ekor)
2.
Untuk melihat/ mengetahui Pertambaan bobot
badan (gr/ekor)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Performans
Bobot Badan Ayam kampung
Performans berbagai jenis ayam ditinjau dari segi bobot badan nampak bahwa ayam kampung (ayam sayur), pertumbuhan yang diukur dari segi bobot badan lebih permingu meninkat dibandingkan pertumbuhan harian ayam kampung, terutam ayam umur 2-5 minggu. Pada umur 5 minggu ayam kampung baru mencapai satu ekor mencapai 708 g, (keduanya belum memenuhi standar sebagai ayam potong), berturut- turut bahkan dengan komposisi pakan yang baik dan kondisi suhu agak dingin, ayam ayam kampung dapat mencapai bobot sekitar 0,95 kg/ekor. Variasi bobot badan dari berbagai ayam ayam kampung dapat dilihat pada tabel 3. Gambar berikut menunjukkan perbedaan performans ayam kampung umur 2-6 minggu, tampak lebih besar dibanding ayam kampung. Permintaan ayam kampung dari jenis ayam di manokwari cukup tinggi (umur sekitar 2- 5 minggu).menunjukkan bahwa kebutuhan ayam potong ( ayam kampung) di Manokwari sekitar 10-20 ekor/hari yaitu : dirumah makan ayam goreng di manokwari sekitar 20 sampai 30 ekor/hari, ayam goreng di kota manokwari (50 ekor/hari). Pada umur tersebut ayam kampung, belom dijual belom mencapai umur untuk dijual (tergantung dari bobot badan, jarak desa dari ibukota kabupaten dan musim penjualan). Menjelang hari raya harganya bahkan lebih tinggi dari hari-hari penjualan biasa. Apabila ayam kampung jantan tersebut dipelihara sampai 6-7 bulan, harganya dapat mencapai Rp. 100.000 per ekor. Dengan demikian untuk memenuhi permintaan pasar akan kebutuhan ayam kampung, usaha ayam kampung sangat prospektif untuk dikembangkan.
B.Pertambahan bobot badan
Bibit mempunyai kontribusi sebesar 30%
dalam keberhasilan suatu usaha peternakan. Bibit ayam kampung (DOC) dapat
diperoleh dengan cara : dengan membeli DOC ayam kampung langsung dari
pembibit, membeli telur tetas dan menetaskannya sendiri, atau membeli indukan
untuk menghasilkan telur tetas kemudian ditetaskan sendiri baik secara alami
atau dengan bantuan mesin penetas. Kami tidak akan menguraikan sisi negatip
dan positif cara mendapatkan DOC ayam kampung karena akan memerlukan halaman
yang panjang nantinya. Secara singkat DOC ayam kampung yang sehat dan baik
mempunyai kriteria sebagai berikut :
-
dapat berdiri
tegap,
-
sehat dan tidak cacat,
-
mata
bersinar,
-
pusar terserap sempurna,
-
bulu bersih dan mengkilap.
-
tanggal menetas tidak lebih lambat atau cepat.
III.BAHAN DAN METODE
A.
waktu
dan tempat
o
waktu pelaksanaan praktikum
waktu
pelaksanaan praktikum pertambahan
bobot badan ayam kampung pada umur 2 -5 minggu telah dilaksanakan pada
tanggal 04 afril 2011 sampai dengan 23 mei 2011.
o
Tempat pelaksanaan praktikum
Tempat
pelaksanaan praktikum pertambahan
bobot badan ayam kampung pada umur 2 -5 minggu dilaksanakan di taman ternak
jurusan peternakan Fakultas Peternakan
Perikanan dan ilmu Kelautan
Universitas negeri papua.
B.
Alat
dan Bahan
1.
Alat
Peralatan
yang digunakan pada saat praktikum pertambahan bobot badan ayam kampung pada
umur 2-5 minggu adalah :
2.
Bahan-bahan yang digunakan pada saat praktikum
pertambahan bobot badan ayam kampung pada umur 2 – 6 minggu adalah :
C.Metode praktikum
Metode praktikum yang di pakai adalah
mengitung penambahan bobot badan
permingguan (gr/ekor)pada saat satu minggu lewat, setiap hari selasa dan
mengitung bobot badan pake alat penimbangan bobot badan yaitu : Q-WEIGH.
DOC / umur 2 minggu dipisakan setelah
dipisah dari induknya ditempatkan dalam kotak dos beralaskan sekam padi yang
di campur sedikit kapur,atau buat kandan tersendiri tanpa diberi bantuan induk buatan (Listrik
lampu minyak) sedang sebagai sumber penghangat DOC akan memperoleh dari panas
tubunya sendiri. Pada pemeliharaan ditahun kedua siklus reproduksi pertahunya
diatur sebanyak 11 kali, dengan demikian diharapkan pada peningkatan dalam
jumlah produksi (dagin atau telur ) selain itu pada pemeliharaan ini ada
tambahan populasi ayam sebanyak 20 ekor pejantan dan betina. Untuk
menghindarkan terjadinya “kanibalisme” oleh ayam yang lebih kuat, maka dibuat
kandang baru. Dibut kandan minggu yang keenam, dengan demikian ada kenaikan
dalam jumlah produksi dagin maupung telur tetapi sementara masi belom
produksi (dagin atau telur )setelah 6 bulan kemudian baru bisa produksi
(dagin maupung telur).
D.
Pelaksanaan
praktikum
o
pelaksanaan praktikum
pelaksanaan praktikum pertambahan bobot badan ayam
kampung pada umur 2-5 minggu telah dilaksanakan pada tanggal 04 afril 2011
sampai dengan 23 mei 2011.
E. Pariabel pengamatan
1.
Bobot
badan mingguan (gr/ekor)
-
Berapa bobot badan perminggu 2-5 minggu
Pada saat praktek pertambaan
bobot badan (gr/ekor) umur 2-5 minggu penambahan bobot badan karna makanan
yang dibutukan dari ayam kampung sangat baik dan efektif pada pemberian maka
pertambahan bobot badan meninkat pariabel pengamatan yang kami pakai untuk
melihat pertambahan bobot badan (gr/ekor) yaitu : timbangan nama alat
timbangan tersebut adalah Q-WEIGH itu yang kami pake untuk pengamatan
pertambahan bobot badan (gr/ekor).
2. Pertambaan bobot badan (gr/ekor)
-
Bobot badan (BB) : diukur dengan menimbang
bobot badan ayam umur 2-5 minggu
-
Ayam .
Kita ketahui bersama bahwa pakan
mempunyai kontribusi sebesar 30% untuk menamba bobot badan dalam keberhasilan suatu usaha peternakan
salah satunya penambahan bobot badan umur 2-5 minggu. Pakan untuk ayam kampung
pedaging umur 2-5 minnggu sebenarnya sangat fleksibel dan tidak serumit kalau
kita beternak ayam kampung . Bahan pakan yang bisa diberikan antara lain :
konsentrat, dedak, jagung, pakan alternatif seperti sisa dapur/warung, roti
BS, mie instant remuk, bihun BS, dan lain sebagainya. Yang terpenting dalam
menyusun atau memberikan ransum adalah kita tetap memperhatikan kebutuhan
nutrisi ayam kampong umur 2-5 minggu untuk penambahan bobot badan ayam
kampung yaitu protein kasar (PK) sebesar 12% dan energi metabolis (EM)
sebesar 2500 Kkal/kg.
Jumlah pakan yang diberikan sesuai tingkatan umur
adalah sebagai berikut :
·
19 gram/per hari sampai umur 2 minggu
·
34 gram/per hari sampai umur 3 minggu
·
47 gram/per hari sampai umur 4 minggu
·
58 gram/per hari sampai umur 5 minggu
Sedangkan air diberikan secara ad libitum (tak
terbatas) dan pada tahap-tahap awal pemeliharaan perlu dicampur dengan
vitamin+antibiotika.
F. Analisis data
Analisa
penambahan bobot badan (gr ekor)
Untuk mengetahui berapa besar bobot badan
perminggu yang harus diinvestasi dalam usaha pemeliharaan ayam kampung dan
berapa jumlah keuntungan yang diperoleh, maka dibawah ini mencoba membuat
perhitungan berdasarkan catatan mingguan berapa bobot mingguan tersebut.
Kandang tersebut digunakan untuk memelihara
20 ekor ayam muda yang terdiri dari 20 ekor ayam betina dan jantan dengan
umur rata-rata 2- 5 minggu Ayam-ayam tersebut di ambil di taman ternak Porsi
pakan - gr /ekor/hari, pada bulan ke dua dan ke tiga porsi pakan di naikkan
masing-masing sebesar - %dan - %.dan minggu ke empat kelima dan keenam juga
porsi pakan harus dinaiki sebesar - % - % dan - % supaya penambahan bobot
badan bisa maksimal dan bisa menamba bobot badan tersebut.
Data yang terkumpul atau data yang kita
pakai adalah data ekperimen untuk mengetauhi keragaman rata-rata dan standar
umur ayam yang pelihara di taman ternak FPPK UNIPA.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1.
Bobot badang mingguan (gr/ekor)
Tabel data bobot badan mingguan ayam kampung
pada umur 2 – 6 minggu /gr/ekor)
Data bobot badan mingguan
(gr/ekor)
Rata-rata
2.
Penambahan
bobot badan (gr/ekor)
Tabel 2 data pertambahan bobot badan ayam
kampung pada umur 2-6 minggu (gr/ekor)
B.Pembahasan
1. Bobot badan mingguan (gr/ekor)
Keragaman
ukuran tubuh hewan disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan. Ukuran
tubuh ayam yang penting untuk diamati dan dapat dijadikan penentu
karakteristik antara lain adalah bobot badan, panjang tarsometatarsus,
panjang tibia, panjang femur, tinggi jengger, dan jarak tulang pubis untuk
ayam betina.
Hutt (1949) berpendapat bahwa ayam-ayam
piara berasal dari lebih dari satu spesies ayam hutan, tetapi ayam hutan
merah merupakan moyang sebagian besar ayam piara yang ada sekarang.
Selanjutnya Suharno (1996) menyatakan bahwa nenek moyang ayam adalah ayam
hutan (genus Gallus) yang terdiri
dari Gallus gallus atau Gallus bankiva, Gallus sonnerati, Gallus lafayetti dan Gallus varius.
Ayam lokal
Indonesia merupakan hasil domestikasi ayam hutan merah (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau (Gallus varius). Ayam hutan merah di Indonesia ada dua macam yaitu
ayam hutan merah Sumatera (Gallus
gallus gallus) dan ayam hutan merah Jawa (Gallus gallus javanicus). Hasil
domestikasi ini secara umum disebut ayam buras. Ayam-ayam buras yang sekarang
ini telah tersebar di berbagai wilayah Indonesia telah menjadi ayam-ayam
buras dengan morfologi yang beraneka ragam (Mansjoer, Waluyo dan Priyono, 1993).
Martojo (1992) dan Warwick, Astuti, dan
Hardjosubroto (1995) menjelaskan bahwa sifat kuantitatif dipengaruhi oleh
sejumlah besar pasang gen, yang masing-masing dapat berperan secara aditif,
dominant dan epistatik dan bersama-sama dengan pengaruh lingkungan
(non-genetik), dan tidak dapat dibedakan dengan jelas.
Nozawa (1980) melaporkan bahwa keragaman
ukuran tubuh hewan disebabkan oleh factor genetik dan lingkungan. Ukuran
tubuh ayam kampung yang menentukan karakteristik antara lain :bobot badan,
panjang bagian-bagian kaki (tarsometatarsus), jarak tulang pubis (tulang
panggul) untuk ayam kampung betina, panjang tulang kering (tibia), panjang
tulang paha (femur) dan tinggi jengger
Rasyaf
(1987) mengemukakan bahwa ada tiga sistem pemeliharaan ayam Kampung di
Indonesia yaitu system ekstensif, semi intensif, dan intensif. Pemeliharaan
secara intensif dilakukan dengan empat prinsif, yaitu kandang sehat, pakan
teratur, vaksinasi berkala dan biosekuriti.
Soedirdjoatmodjo (1984) menyatakan bahwa
pemeliharaan ayam kampung di Indonesia sebagian besar dilakukan secara
tradisional atau ekstensif, dimana ayam dibiarkan lepas berkeliaran di
halaman, makan dengan memanfaatkan sisa dapur dan apa yang ada dipekarangan
rumah serta diberikan dedak dan sedikit butiran, sehingga produksinya masih
rendah.
2.
Pertambahan bobot badan (gr/ekor)
1. Panjang Tarsometatarsus
Rata-rata panjang tarsometatarsus pada ayam Kampung jantan dan betina yaitu 87,21 ± 7,62 mm dan 67,77 ± 7,56 mm.
2. Panjang
Tibia
Rata-rata panjang tibia pada ayam Kampung jantan dan betina yaitu 128,79 ± 11,12 mm dan 104,27 ± 9,44 mm.
3. Panjang
Femur
Rata-rata panjang femur pada ayam Kampung jantan dan betina adalah 106,32 ± 10,63 mm dan 91,67 ± 7,56 mm.
4. Jarak
Tulang Pubis
Rata-rata jarak tulang pubis pada ayam Kampung betina yaitu 43,37 ± 4,36 mm.
5. Bobot
Badan
Rata-rata bobot badan pada ayam Kampung jantan dan betina yaitu 1,73 ± 0,35 Kg dan 1,25 ± 0,21 Kg.
6. Bobot
Telur
Rata-rata bobot telur pada ayam Kampung betina adalah 35,56 ± 5,27 gr.
7. Panjang
Sayap
Rata-rata panjang sayap pada ayam Kampung jantan dan betina yaitu 166,56 ± 14,69 mm dan 148,26 ± 14,26 mm..
8. Panjang
Jari Ketiga
Rata-rata panjang jari ketiga pada ayam Kampung jantan dan betina yaitu 51,14 ± 3,76 mm dan 43,34 ± 4,32 mm.
9. Panjang Taji
Rata-rata panjang taji pada ayam Kampung jantan yaitu 14,56 ± 8,02 mm.
DAFTAR PUSTAKA
üDr.Ir. M.
rasyaf. M.S, 2001Jakarta kunci sukses beternak ayam kampung PT.penebar
swadaya.
üIr. Bambang
Cahyono, ayam buras
pedaging PT. Trubus Agriwidya I-
Ungaran 1997, II- Ungaran 1998.
üWafiatiningsih, I, Sulistyono, dan RA Saptati. 1995. Performans dan
Karakteristik Ayam Nunukan
ü - Data
dikutip dari CV. Fauna Mulya Jaya (1996)
- Data dikutip dari Sujionohadi dan Setiawan (1997)
ü Mansjoer, S.S., S.P. Waluyo dan S.N. Priyono.
1993. Perkembangan berbagai jenis ayam asli Indonesia. Fakultas Peternakan
IPB, Bogor.
Lampiran
Tabel data
bobot badan mingguan ayam kampung pada umur 2 – 5 minggu /gr/ekor) Data bobot
badan mingguan (gr/ekor)
Rata-rata
Tabel 2 data pertambahan bobot badan ayam
kampung pada umur 2-6 minggu (gr/ekor)
|
By john pigay 09 fppk unipa. |